Loh! Work-Life Balance Justru Jadi Sebab Penghambat kesuksesan?

Benar atau enggak ya?

Andini Dwiyanti
4 min readJun 13, 2022

“Kalian gak usah ikut-ikutan work life balance, nanti kalian gak akan sukses. Kalau kalian mau sukses kerja dan kerja!”

Ungkapan diatas datang dari salah seorang petinggi dari perusahaan multinasional kepada para karwayan barunya. Menyadari masifnya karyawan baru yang berasal dari generasi produktif, petinggi tersebut memberikan sebuah ‘wejangan’ yang mungkin bisa membuat para generasi milenial yang mendengar menjadi sedikit geram.

Generasi milenial yang sekarang ini tengah sibuk memenuhi dunia kerja sebagai bentuk dari fenomena bonus demografis mengisi berbagai macam jenis pekerjaan dan juga membawa berbagai macam kemajuan dari masa-masa mereka.

Lifestyle yang sering mereka bawa dalam dunia pekerjaan juga menjadi sebuah tren yang sangat menarik untuk diikuti. Salah satunya adalah sebuah istilah Work-Life Balance.

Siapa sih yang tidak kenal dengan istilah ini?

Ya! Sebuah istilah yang dijadikan sebagai kiblat para pekerja millenial yang dideskirpsikan sebagai sebuah penilaian subjektif tentang kemampuan menyeimbangkan tanggungjawab pekerjaan dan juga kehidupan di luar pekerjaan.

Tapi apakah keseimbangan dalam pekerjaan dan kehidupan pribadi memiliki dampak yang baik? atau hal tersebut justru malah menghambat kesukses-an mereka?

Sebenarnya konseptualisasi dari work life balance menjadi sebuah pendekatan yang berpusat pada konsep holistik [1]. Masyarakat kita yang sangat komplek sekarang ini tidak pernah berhenti membuat berbagai macam negosiasi tentang batasan-batasan antara kehidupan pekerjaan dan kehidupan yang tidak berkaitan dengan pekerjaan. Tapi bukan berarti kehidupan kerja dan non-kerja selalu berada di ujung yang berlawanan dari kehidupan individu, pada kenyataannya dalam banyak kasus, tidak ada garis pemisah yang jelas antara waktu kerja dan non-kerja.

Choudhury & Jyotirmayee (2015) [2] mengemukakan bahwa work-life balance memiliki tiga dimensi, yaitu : 1.) Time balance, 2.) Involvement balance, dan 3.) Satisfaction balance.

1.) Time Balance meliputi waktu yang diberikan oleh perusahaan untuk melakukan pekerjaan di kantor dan di luar kantor. 2.) Involvement Balance melibatkan pekerjaan psikologis karyawan dan aktivitas di luar pekerjaan, dan 3.) Satisfaction balance berkaitan dengan tingkat kepuasan karyawan selama mereka merasa dalam bekerja dan melakukan hal-hal di luar pekerjaan

Sebagai seseorang yang masih seumur jagung dalam mencicipi dunia kerja. Kepribadian seseorang memberikan sebuah pengalaman yang bisa penulis cicipi sedikit demi sedikit. Penulis menyadari bahwa emosi setiap karyawan sangat berpengaruh pada bagaimana hasil yang akan mereka ciptakan pada pekerjaan mereka. Pikiran yang terlalu lelah dan menolaknya pemberian waktu yang baik antara kehidupan pribadi sangat menurunkan peforma dari para pekerja.

Hal ini didukung dengan pendapat Rangrezi (2010)[3] mengenai penggunaan emosi, penilaian dan pengenalan emosi telah ditemukan secara signifikan berdampak pada efek negatif dari keseimbangan kehidupan kerja. Jika tidak adanya rasa keseimbangan antara tuntutan kehidupan kerja dan kehidupan pribadi akan mengakibatkan masalah emosional dan perilaku yang pada akhirnya menyebabkan penurunan produktivitas

Selanjutnya, individu yang memandang kehidupan kerja mereka seimbang akan mengalami rasa harmoni dalam kehidupan dan kondisi psikofisik yang optimal yang memungkinkan mereka untuk memenuhi tuntutan pekerjaan dan peran non-pekerjaan jangka panjang. [5]

Sehingga dapat dikatakan bahwa work-life balance menyebabkan individu merasa kurang khawatir dan meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelola sebuah komitmen pekerjaan dan non-kerja dan karenanya membuat mereka kurang rentan terhadap pemikiran yang dapat menyebabkan menipisnya sumber daya fisik dan mental mereka. [6]

Lalu apakah ungkapan diatas mengenai keterkaitan ketidaksusesan berasal dari pemikiran work-life balance benar adanya? padahal berdasarkan paparan diatas work-life balance memberikan banyak dampak positif ?

Namun sayangnya, ungkapan diatas bisa jadi BENAR adanya!

Kenapa ya?

Kegagalan work-life balance bisa terjadi karena pikiran kita yang gagal menentukan sebuah prioritas. Sebuah artikel dari laman Harvard Bussines Review yang telah mewawancarai 200 orang yang diantaranya terdiri dari 78 orang profesional mengungkapkan bahwa kegagalan work-life balance yang menyebabkan seseorang tedesak dan terkurung dalam berbagai macam perasaan kecemasan dan juga kehambatan disebabkan oleh gagalnya seseorang menentukan sebuah prioritas dalam kehidupannya. Prioritas kita sering kali bergeser lebih cepat daripada kebiasaan alokasi waktu kita sehari-hari. Sehingga perlulah kita menentukan bagaimana sebuah prioritas diletakan dengan seharusnya.

Work-Life Balance memungkinkan emosi kita jauh lebih tenang dan baik dibandingkan dengan waktu yang terlalu banyak dihabiskan untuk terus bekerja dan bekerja. Namun dalam prosesnya, menentukan apakah yang paling penting juga menjadi salah satu hal krusial yang harus diketahui.

tetaplah berjalan dengan tenang namun terencana

Merupakan sebuah cara meraih kesuksesan dengan lifestyle work-life balance

— — —

SOURCE :

[1] Hooja, Himangini. (2018). WORK-LIFE BALANCE: AN OVERVIEW. 7. 1–6

[2] Choudhury, & Jyotirmayee. (2015). Quality of Work-Life Balance: A Study on IT Professionals. ASBM Journal of Management

[3]Rangreji, D. D. (2010). A study on emotional intelligence and work life balance of employees in the information technology industry in Bangalore, India. Bangalore: Masters Thesis, Christ University.

[4]Greenhaus, J. H., Collins, K. M., & Shaw, J. D. (2003). The relation between work-family balance and quality of life. Journal of Vocational Behavior , 63, 510–531

[5] Greenhaus, J. H., Collins, K. M., & Shaw, J. D. (2003). The relation between work-family balance and quality of life. Journal of Vocational Behavior , 63, 510–531

[6] Rothbard, N. P. (2001). Enriching or depleting? The dynamics of engagement in work & family roles. Administrative Science Quarterly , 46, 655–684

--

--

No responses yet